Rabu, 29 September 2010

PANEN KELAPA SAWIT

Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh subur sudah dapat menghasilkan buah serta siap dipanen pertama pada umur sekitar 3,5 tahun jika dihitung mulai dari penanaman biji kecambah di pembibitan. Namun jika dihitung mulai penanaman di lapangan maka tanaman berbuah dan siap panen pada umur 2,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang diperlukan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5-6 bulan.

Proses pematangan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya. Buah akan berubah menjadi merah jingga ketika masak. Pada saat buah masak, kandungan minyak pada daging buah telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dan jatuh dari tangkai tandannya. Buah yang jatuh tersebut disebut membrondol.

Proses pemanenan kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkut buah ke tempat penampungan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan pemanenan tidak dilakukan secara sembarang. Perlu memperhatikam beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik. Kriteria panen yang harus diperhatikan adalah matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen, sistem panen serta mutu panen.


A. Kriteria Matang Panen

Matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat dilihat dari kandungan minyak yang maksimal dan kandungan asam lemak bebas yang minimal. Pada saat matang tersebut dicirikan pula oleh membrondolnya buah. Jumlah brondolan buah inilah yang dijadikan dasar untuk memanen tandan buah, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan kuran lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15-20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.

B. Cara Panen

Berdasarkan tinggi tanaman, ada 2 cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit. Untuk tanaman yang berumur < 9 tahun cara panen menggunakan alat dodos dengan lebar 4-5" dengan gagang pipa besi atau tongkat kayu. Sedangkan tanaman yang berumur 9 tahun atau lebih pemanenan menggunakan egrek yang disambung dengan pipa alumunium atau batang bambu. Tandan buah yang matang dipotong sedekat mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur dipiringan dan brondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Brondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Selanjutnya tandan dan brondolan dikumpulkan di TPH.

C. Rotasi Panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir dengan panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebuanan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari, artinya satu areal/sesi panen harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari. Rotasi panen diangap baik bila buah tidak terlalu matang. Pemanenan dilakukan terus menerus sepanjang tahun.

D. Sistem Panen

Dikenal dua sistem ancak panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap.
a. Sistem Giring
Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanenan pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, dan begitu seterusnya. Sistem ini memudahkan pengawasan pekerjaan pemanenan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik. Namun ada kecenderungan pemanen akan memilih buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah atau brondolan yang tertingal karena pemanenannya menggunakan sistem borongan.

b. Sistem Tetap
Sistem ini sangat baik diterapakan pada areal perkebunan yang sempit, topografi terbuka atau curam, dan dengan tahun tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanenan diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak berpindah-pindah. Hal tersebut menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimal. Rendemen minyak yang dihasilkanpun tinggi. Namun kelemahan sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga lambat pula sampai ke pabrik.

E. Kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen di dalam suatu areal. Tujuannya untuk mendapatkan satu tandan yang matang panen. Sebagai contoh, kerapatan panen 1:5, artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan yang matan panen. Agar lebih akurat di dalam penentuan kerapatan panen, dapat ditentukan selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan dilakukan khususnya pada areal yang keesokanya akan dipanen. Untuk menghitung kerapatan panen dalam satu areal, dapat mengambil beberapa pohon yang akan digunakan sebagai contoh secara sistematis, misalnya di dalam satu blok diambil sebanyak 10 baris tanaman sebagai barisan pohon contoh, kemudian di dalam setiap barisan tersebut ditentukan pula sebanyak 10 batang pohon untuk contoh perhitungaan. Dengan demikian, di dalam satu blok akan digunakan 100 pohon contoh. Selanjutnya pada setiap pohon tersebut dilakukan perhitungan dan pencatatan jumlah tandan yang matang panen. Jika ternyata di dalam satu blok tersebut ditemukan sebanyak 25 tandan yang matang panen maka kerapatan panennya adalah 1:4. Hal ini berati rata-rata 4 pohon akan dapat dijumpai 1 tandan yang matang panen. Pekerjaan ini sebaiknya dilakukan langsung oleh mandor yang bersangkutan sehingga hasil akan lebih akurat.

F. Kebutuhan Tenaga Panen

Untuk menghitung kebutuhan tenaga panen dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Kebutuhan tenaga panen = (A x B x C x D)/E
Keterangan :
A = luas ancak yang akan dipanen (ha)
B = kerapatan panen
C.= rata-rata berat buah (kg)
D = populasi tanaman/ha
E = kapasitas panen/HK

Contoh perhitungan:
A = luas areal yang akan dipanen 100 ha
B = kerapatan panen 1:5
C = rata-rata berat buah 10 kg
D = Populasi tanaman 143 batang/ha
E = Kapasitas panen 750 kg/HK
Keburuhan tenaga panen sebanyak

(100 ha x (1 : 5) x I0 kg x 143 batang/ha)/750 kg per HK
= 38 pemanen/hari kerja

Bagi perkebunan yang tidak melakukan servei kerapatan panen, jumlah tenaga kerja ditentukan berdasarkan estimasi produksi dan hari kerja dalam satu tahun, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Kebutuhan tenaga panen = (A – B)/(C:D)

Keterangan :
A = total estimasi produksi/tahun (kg)
B = panen pada hari libur/tahun (kontanan)
C = kapasitas panen maksimal/HK
D = jumlah hari kerja/tahun
Contoh perhitungan:
A = total estimasi produksi/tahun 2.500.000 kg
B = panen pada hari libur 10%/tahun (jika ada)
C = kapasitas panen maksimal 1.500 kg/HK
D = jumlah hari kerja sebanyak 294 hari/tahun
(dipotong hari Minggu, hari libur, dan hari cuti)

Kebutuhan tenaga panen sebanyak
(2.500.000 kg - 10%)/(1.500 kg/Hk : 294 hari/tahun)
= 5 pemanen/hari kerja
Di samping dua rumus tersebut, ada juga beberapa perkebunan yang tidak melakukan survei kerapatan panen, tetapi menentukan jumlah tenaga kerja dilakukan berdasarkan rata-rata hasil produksi/ha dalam satu tahun, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut.
Kebutuhan tenaga panen = (A x B)/(C : D)

Keterangan :
A = rata.-rata hasil/ha/tahun (kg)
B = total areal tanaman keseluruhan (ha)
C = kapasitas panen maksimal/HK
P = jumlah hari kerja/tahun.

Contoh perhitungan:
A = rata-rata hasil 24.000 kg/ha/tahun
B = total areal tanaman 1.000 ha
C = kapasitas panen maksimal 1.500 kg/HK
p = jumlah hari kerja sebanyak 294 hari/tahun

Kebutuhan tenaga panen sebanyak

(24.000 kg/ha x 1000 ha)/( 1.500 kg/HK : 294 hari/tahun)
= 54 pemanenlharikeria

G. Fraksi TBS dan Mutu Panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh sangat ditentukan oleh faktor ini.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam prosentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah.

Berdasarkan hal tersebut di atas, ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan-tandan yang dipanen berada pada fraksi 1,2, dan 3.

Secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan, serta pengangkutan yang lancal maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan sebagai berikut.
• Jumlah brondolan di pabrik sekitar 25% dari berat tandan seluruhnya.
• Tandan yang terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan.
• Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20% dari jumlah tandan.
• Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.

H. Pengangkutan TBS ke Pabrik
TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah, akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik, di antaranya lori, traktor gandengan, atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkutan lain. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan truk atau traktor gandengan sehingga pelukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit.

HAMA DAN PENYAKIT KELAPA SAWIT

A. HAMA

Jenis hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit antara lain:

  • Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros)
  • Ulat Kantong Kantong dan Ulat Api ( Bagworm and Nettle Caterpilar)
  • Tikus (Rats)

Dari ke tiga (3) serangan hama pada tanaman kelapa sawit yang paling serius adalah ulat kantong dan ulat api, berikut dapat disampaikan diskripsi masing masing serangan dan pengendaliannya

1. Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros)

  1. Serangan Oryctes rhinoceros pada tanaman muda berhubungan erat dengan tekhnik land clearing dan cara penanamannya
  2. Populasi Oryctes rhinoceros terhambat pada areal yang di land clearing seluruhnya
  3. Populasi Oryctes rhinoceros yang tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman sawit apabila dijumpai keadaan sebagai berikut
  • Jika tanaman kelapa sawit ditumbang dan disusun diantara gawangan
  • Jika tanaman kelapa sawit di konversi dari tanaman karet dan tunggul dibiarkan lama membusuk
  • Jika janjang kosong digunakan sebagai penutup/mulsa diletakkan bertumpuk disekililing gawangan atau piringan.

a. Gejala-Gejala

  • Serangga dewasa dapat menyebabkan kerusakan dengan melubangi pangkal daun tombak dan jaringan leher akar, Pohon muda akan mati jika titik tumbuhnya dirusak, kerusakan pada daun tombk biasanya mengakibatkan malformasi
  • Serangan yang berulang-ulang akan menyebabkan pertumbuhan terhambat dan saat menjadi dewasa menjadi terlambat
  • Masa paling kritis adalah dua tahun pertama setelah tanam dilapangan. Tanaman menjadi lebih tahan terhadap serangan Oryctes rhinoceros jika kanopi telah saling menutup. Pada tanaman menghasilkan jarang menimbulkan masalah
b.Pengendalian
  1. Kacangan yang cepat tumbuh dan tebal, menutupi sisa sisa pohon yang membusuk yang juga dapat menolong menekan serangan kumbang pada kelapa sawit kerena pertumbuhan vegetatif dari kacangan tersebut, untuk mencapai hasil yang maksimum usahakan kacangan telah menutup tidak lebih dari 8 – 10 bulan, setelah felling
  2. Cara yang efektif untuk mengendalikan serangan adalah dengan mengumpulkan larva diantara batang batang yang membusuk, pengendalian ini sangat mahal kecuali pada areal dengan serangan tinggi.
  3. Dapat juga dilakukan dengan penangkapan kumbang, tetapi hal ini akan sia sia apabila telah tersering dengan intensitas yang tinggi
  4. Pada serangan ringan
  5. Serangan yang dilakukan pada areal sepanjang tanaman pinggiran, pada keadaan ini harus dilakukan penangkapan kumbang sebagai tambahan dari pencegahan dengan bahan kimia
  6. Penangkapan dapat dihentikan apabila intensitas serangan cenderung rendah.
  7. Pada Kerusakan Berat
  • Pada kerusakan yang sangat berat pengendaliannya nya harus dengan bahan kimia
  • Bahan kimia yang digunakan adalah insectisida seperti curater dan furudan 3 G pada kanopi tanaman dengan interval sebulan sekali, dengan komposisi sebegai berikut :
  • 15 gr/pohon untuk = 0-6 bulan setelah tanam.
  • 30 gr/pohon untuk = > 6 bulan setelah tanam
  1. Pemberian insectisida granular harus langsung diberikan pada ketiak-ketiak pelepah yang lebih rendah yang mengelilingi daun tombak, dan ini membentuk lapisan kimia pelindung disekelilingi titik tumbuh.
  2. Jika menggunakan insektisida granular, rotasi penangkapan kumbang menjadi 2 (dua) round perbulan, dan sebagai sarana pengamatan populasi.
  3. Pada musim hujan lebat kefektifan insektisida dapat berkurang, pada masa ini rotasi dapat ditingkatkan menjadi 2 kali sebulan.
  4. Pada populasi serangan mulai menunjukan intensitas penurunan dan rendah dan kerusakan baru dapat diabaikan, maka penggunaan insectisida dapat dihetikan, tetapi pada lokasi yang serangan masih cukup tinggi penggunaan insectisida terus dilakukan sampai umur tanaman 18 bulan.

2. Ulat Kantong dan Ulat Api

Ciri-ciri penyerangan ulat api dan ulat kantong adalah daun akan melidi dan dapat menurunkan jumlah janjangan, dan dibutuhkan waktu yang lama untuk normal kembali, hama harus dimonitor dengan sungguh-sungguh dan segera dikendalikan jika telah sampai masa kritis

  1. Cara penentuan tingkat serangan / penga- matan dini.

Frekwensi dan intensitas sensus berbeda beda berdasarkan keadaan lingkungan setempat.

Tabel IX-1 Pengamatan serangan hama

No

Situasi

Prosedur Pelaksanaan

Interval

Intensitas

a

Tampak gejala serangan

Pengamatan

Sebulan sekali

Setiap pasar pikul ke 2

b

Hama telah menyerang ke seluruh blok atau pada pocket dengan serangan hebat dan membutuhkan pengendalian

Hentikan pengamatan dan sensus segera dimulai

Sebulan sekali (dua minggu sekali jika serangan meningkat dengan cepat)

Satu titik sensus permanen per ha menyebar secara menyeluruh

c

Serangan dapat dikendalikan

Pengamatan

Sebulan sekali

Setiap pasar pikul ke -3

b. Batas Serangan

Tingkat serangan dapat dibagi menjadi tiga (3) tingkatan, ringan, sedang dan tingkat berat, pada serangan tingkat sedang harus dianggap sebagai peringatan, sedangkan pada tingkat berat harus dianggap sebagai tingkat kritis dan harus dilakukan pengendalian

Tabel IX – 2 Level serangan Ulat Api dan Ulat Kantong

Level Serangan

Jumlah serangan ulat api

Jumlah serangan ulat kantong

Setora Nitens

Thosea Asigna

Plonecta diducta

Thonsea Bisura

Darna trima

Mahasena corbeti

Metisa plana

Crematopsyche pendula

TBM

TM

TBM

TM

TBM

TM

TBM

TM

TBM

TM

TBM

TM

Ringan

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

Sedang

3 – 4

7 – 9

7 – 9

15-13

15-24

35-49

3 - 4

7 - 9

25-34

50-69

30-44

65-89

Berat

≥ 5

≥ 10

≥ 10

≥ 20

≥ 25

≥ 50

≥ 5

≥ 10

≥ 35

≥ 70

≥ 45

≥ 90

  1. Jika penyebaran sangat terlokalisir, pengendaliannya dianjurkan untuk menggunakan secara biologi dengan menggunakan virus atau Thuricide
  2. Bahan kimia dapat diaplikasikan dengan menggunakan
  • Spraying dgn knapsack atau mist blower
  • Trunk Injection
  • Fogger

3. Tikus

a. Batasan Serangan

  1. Diareal belum menghasilkan, tikus memakan pelepah terbawah tanaman sehingga menunjukkan karakteristik yaitu, pelepahnya terkulai ditanah kadang kala tikus juga memakan tunas muda sehingga mengakibatkan matinya tanaman.
  2. Kerusakan disebabkan oleh tikus sangat berpengaruh di tanaman yang menghasilkan, baik buah mentah maupun masak dimakan, brondolan dibawah pergi dan dimakan sebagian.
  3. Tikus juga dapat menyebabkan kerusakan yang berarti pada daun dengan mencabik daun untuk sarangnya
  4. Jika tidak dikendalikan tikus dapat meningkat dari tingkat yang dapat ditoleransi yaitu 60 ekor meningkat menjadi 300 per ha dalam waktu 6 bulan. Pada tingkat serangan seperti ini 5 – 15% produksi hilang pada daerah yang diserang. Pada keadaan ini populasi bertambah semakin cepat menjadi 600-1500 per ha dan kehilangan hasil mencapai 30% atau lebih.

b. Pengamatan serangan

  1. Sensus serangan tikus harus dilakukan jika tampak ada serangan berat, areal harus dibagi menjadi blok-blok dengan luas 20 ha, intensitas sensus adalah satu baris untuk tiap 10 baris, dan hanya serangan baru baik pada buah masak maupun mentah
  2. Pelaksanaan pengendalian harus dilakukan jika “serangan baru” lebih besar 15% atau 20 pohon per ha

c. Strategi Pengendalian

(i) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

  • Jika dijumpai kerusakan di pembibitan pemberian umpan hanya dibatasi sekeliling areal diserang, dengan interval 3 -5 hari dalam barisan polibag dengan umpan antikoagulan.
  • Untuk areal penanaman baru, dengan meletakkan umpan antikoagulan pada setiap titik tanam ke tiga kira kira 1 bulan sebelum penanaman, dan umpan yang dimakan harus diamati dan di catat
  • Jika umpan yang dimakan menunjukan populasi jumlah tikus, maka program pemasangan umpan lanjutan di areal yang menghasilkan harus dimulai
  • Dapat juga dipasang kawat ayam pada leher bibit

(ii) Tanaman Menghasilkan (TM)

  • Jika tingkat serangan melebihi ambang yang ditetapkan pada blok-blok tertentu, harus dilakukan pengendalian
  • Satu umpan diletakkan di setiap piringan di daerah yang bermasalah
  • Gantilah setiap umpan yang hilang setiap 3-4 hari, sampai jumlah yang harus diganti menjadi 20% dan tidak ada lagi serangan baru.
  • Daerah yang harus diberi umpan adalah daerah dan areal terserang ditambah sedikit perluasan
  • Jika jumlah umpan yang hilang tinggi dan jumlah serangan baru juga tinggi maka pengumpanan harus dilanjutkan sampai jumlah umpan yang dimakan lebih kecil dari 20%
  • Pengendalian harus dilakukan secara tuntas, pelaksanaan yang setengah setengah hanya akan membuang waktu dan uang.
  • Disaat pemberian umpan dilarang memegang umpan langsung dengan tangan sebab bau tangan akan membuat tikus enggan memakan umpan (gunakan sarung tangan).

B. PENYAKIT

1. Ganoderman

Gejala dan Serangan

  1. Gejala pertama pada daun adalah munculnya daun tombak yang tidak membuka dalam jumlah banyak
  2. Pelepah pohon yang terinfeksi mulai mati karena nekrosig mulai dari pelepah yang paling tua, pelepah yang mati tergantung pada batang.
  3. Kecepatan matinya pelepah sangat bervariasi, tergantung pada musim, tetapi pohon biasanya akan mati 6-12 bulan setelah tampak gejala pada daun.
  4. Tubuh buah ganoderma dapat tumbuh didasar batang atau kadang kadang pada akar terinfeksi yang dekat dengan batang.
  5. Pada tanaman berumur lebih 15 tahun,yang terinfeksi harus dibiarkan untuk sementara waktu selama masih berproduksi.
  6. Tanaman yang sudah tidak berproduksi harus ditumbang, bagian yang sehat harus dipotong menjadi beberapa bagian beserta pelepahnya dan dirumpuk digawangan, untuk memudahkan isolasi.
Penanggulangan
  • Penanggulanagn serangan genoderma pada tanaman muda di mulai sejak dini dengan mengambil sampel tanah dan dibawa ke laboratorium untuk mengetahui adanya bibit genoderma dalam tanah
  • Pada tanaman setelah replanting perlu di ketahui sejarah serangan apakah ada pernah terjadi serangan genoderma pada areal tersebut
  • Saat ini telah ada obat penanggulangan serangan genoderma sejak dini dengan menggunakan MYCOGOLD yang mengandung mickriza dan di buat secara BIO Fertilizer akan kami kupas dalam advertorial dan untuk selengkapnya silahkan baca pada halaman >>>>> advertorial produk

2. Phellinus (busuk batang atas)

  1. Busuk batang atas biasanya meng-infeksi tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun, infeksi pada tanaman yang lebih muda akibat kontak dengan foci belum diketahui, walaupun secara umum jumlahnya kurang dibanding busuk batang bawah (ganoderma)
  2. Seringkali penyakit ini tidak kelihatan sampai munculnya tubuh buah atau pohon tumbang, biasanya dijumpai luka pada pohon pada ketinggian yang berbeda di atas 1 m dari permukaan tanah
  3. Tidak disarankan untuk melakukan pengobatan karena tanaman akan mati 1 – 3 tahun setelah terinfeksi

3. Crown disease

  1. Pada saat tanaman muda, Patogen tidak banyak menyerang tanaman, tetapi crown desease biasanya muncul 2 – 3 tahun setelah tanam.
  2. Gejala awal crown disease hanya dapat dilihat ketika jaringan pada daun tombak yang kelihatan sehat tersebut dipisah, jaringan yang terinfeksi ini berwarna coklat
  3. Biasanya luka bervariasi daun tombak akan menunjukkan gejala yang sangat khas, yaitu membengkok dari bagian atas dan anak daun, dan terjadi patah patah.
  4. Pengendalian yang terbaik adalah dengan membuang bahan induk yang menunjukkan banyak terjadi serangan penyakit.

Senin, 27 September 2010

Menentuan Jarak Tanam dan Pemancangan (Pengajiran) Kelapa Sawit

1. MENENTUKAN JARAK TANAM

Intensitas cahaya matahari yang optimum yang diperlukan oleh tanaman bervariasi menurut jenis tanamannya. Intensitas,kualitas dan lamanya penyinaran merupakan salah satu yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan morfologi. Tanaman yang terlindung pertumbuhannya akan meninggi (otiolasi),habitusnya rendah dan lemah. Jumlah daun sedikit dan bunga betina berkurang.
Populasi per hektar yang terlalu padat lama kelamaan produksinya akan menurun, karena selain kompetisi dalam pengambilan unsur hara juga terjadi tumpang tindih pelepah sehingga intensitas dan kualitas sinar matahari yang diterima kurang optimum dan ini mengurangi luasan asimilasi (fotosintesis).
Dengan demikian maka pengaturan jarak tanamamatlah penting. Untuk kelapa sawit jenis Tenera D x P populasi per hektar = 143 pokok, semula merupakan jarak tanam yang optimum, namun ternyata dari hasil percobaan para ahli dari Marihat pada umur 8 tahun pelepah sudah mulai over laping dan pengaruh terhadap perkembangan produksi.
Untuk mencegah dan mengatasi timbulnya pengaruh intensitas dan kuantitas sinar matahari maka diperlukan jarak tanam dan arah barisan tanam. Jarak tanam pada kelapa sawit pada umumnya dibuat segitiga sama sisi (triangular). Sedangkan arah barisan tanaman mengarah dari Utara ke Selatan sehingga pendistribusian sinar matahari dari arah timur cukup banyak untuk setiap tanaman.

2. RUMUS MENCARI POPULASI/HA.

Untuk mencari populasi/ha digunakan rumus sebagai berikut :

Populasi/ha = 10.000 m2 : (a x 1/2 a√3)

Keterangan :
a = jarak tanam

3. PEMANCANGAN (PENGAJIRAN)

Untuk mendapatkan letak dan barisan tanaman yang teratur terlebih dahulu diadakan pemancangan areal. Pemancangan pada areal yang rata jarak antara barisan dan dalam barisan sesuai dengan jarak yang sebenarnya. sedangkan untuk areal yang berbukit dan berkontur arah barisan mengikuti arah kontur yang ada dan jarak antara barisan adalah proyeksi jarak antar barisan.

Peralatan Pancang

Sebelum dimulai pemancangan terlebih dahulu harus mempersiapkan alat-alat pancang :
~ Kompas atau theodolite untuk menentukan arah
~ Ajir/bambu/kayu panjang 2 meter, 4 pancang/Ha
~ Anak pancang ukuran 1- 1,5 meter dan diikat plastik putih
~ Tali panjang 100 m yang telah diberi tanda jarak tanam dan jarak antar barisan

Cara memancang

• Areal Rata
- Buat patok hektaran 100 m x 100 m (1 Ha)
- Buat patok induk tanaman dengan arah Utara-Selatan dan Timur-Barat dengan menggunakan tali yang telah diberi tanda
- Jarak Timur-Barat tergantung jarak tanam yang diinstruksikan (misal 7,97 m) untuk jarak tanam segitiga sama sisi 9,2 x 9,2 x 9,2 m
- Jarak Utara-Selatan misalnya 9,2 meter
- Bila luas per blok 25 ha dengan panjang blok 500 m/7,97 m = ± 62 pokok,sisanya 7 meter untuk jarak dari pinggir blok masing2 7/2 = 3,5 m
- Arah Utara-Selatan = 250 m/9,2 meter = 27 pokok, sisanya 1 meter. Sumbu dari pinggir blok (jalan/parit) 1/2 = 0.5 meter. Artinya pancang pertama dari batas blok (jalan/parit) dari arah U-S berjarak 0.5 meter dan dari batas blok T-B 3.5 meter
- Karena jarak pancang cukup panjang maka dipakai pancang pembantu dulu setengah dari jarak tanam tersebut (pancang mati) dan pemancangan dibuat skala kecil terlebih dahulu (1 Ha) sesuai menurut arah mata lima, kemudian diteruskan ke seluruh areal

•Areal Berbukit dengan sistem kontur
Jarak antar kontur merupakan proyeksi dari jarak antar barisan ada bukit tersebut. Sedangkan jarak dalam barisan sedapat mungkin tetap sama dengan jarak dalam barisan sebenarnya. Jika tidak memungkinkan karena perbedaan kemiringan maka jarak dalam barisan adalah jarak proyeksi.

Tenaga Pemancang

Pemancangan sebaiknya dilakukan oleh team khusus yang telah berpengalaman ataupun minimal harus dilatih terlebih dahulu. Satu team pemancang minimal terdiri dari 5 orang.
~ 1 orang tukang teropong
~ 1 orang tukang pancang
~ 2 orang tukang tarik tali
~ 1 orang bawa pancang
Kapasitas memancang per/ha pada umumnya ± 1,5 hk/ha atau 3 ha untuk tiap team/hari kerja.