Rabu, 29 September 2010

HAMA DAN PENYAKIT KELAPA SAWIT

A. HAMA

Jenis hama yang biasa menyerang tanaman kelapa sawit antara lain:

  • Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros)
  • Ulat Kantong Kantong dan Ulat Api ( Bagworm and Nettle Caterpilar)
  • Tikus (Rats)

Dari ke tiga (3) serangan hama pada tanaman kelapa sawit yang paling serius adalah ulat kantong dan ulat api, berikut dapat disampaikan diskripsi masing masing serangan dan pengendaliannya

1. Kumbang Badak (Oryctes rhinoceros)

  1. Serangan Oryctes rhinoceros pada tanaman muda berhubungan erat dengan tekhnik land clearing dan cara penanamannya
  2. Populasi Oryctes rhinoceros terhambat pada areal yang di land clearing seluruhnya
  3. Populasi Oryctes rhinoceros yang tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman sawit apabila dijumpai keadaan sebagai berikut
  • Jika tanaman kelapa sawit ditumbang dan disusun diantara gawangan
  • Jika tanaman kelapa sawit di konversi dari tanaman karet dan tunggul dibiarkan lama membusuk
  • Jika janjang kosong digunakan sebagai penutup/mulsa diletakkan bertumpuk disekililing gawangan atau piringan.

a. Gejala-Gejala

  • Serangga dewasa dapat menyebabkan kerusakan dengan melubangi pangkal daun tombak dan jaringan leher akar, Pohon muda akan mati jika titik tumbuhnya dirusak, kerusakan pada daun tombk biasanya mengakibatkan malformasi
  • Serangan yang berulang-ulang akan menyebabkan pertumbuhan terhambat dan saat menjadi dewasa menjadi terlambat
  • Masa paling kritis adalah dua tahun pertama setelah tanam dilapangan. Tanaman menjadi lebih tahan terhadap serangan Oryctes rhinoceros jika kanopi telah saling menutup. Pada tanaman menghasilkan jarang menimbulkan masalah
b.Pengendalian
  1. Kacangan yang cepat tumbuh dan tebal, menutupi sisa sisa pohon yang membusuk yang juga dapat menolong menekan serangan kumbang pada kelapa sawit kerena pertumbuhan vegetatif dari kacangan tersebut, untuk mencapai hasil yang maksimum usahakan kacangan telah menutup tidak lebih dari 8 – 10 bulan, setelah felling
  2. Cara yang efektif untuk mengendalikan serangan adalah dengan mengumpulkan larva diantara batang batang yang membusuk, pengendalian ini sangat mahal kecuali pada areal dengan serangan tinggi.
  3. Dapat juga dilakukan dengan penangkapan kumbang, tetapi hal ini akan sia sia apabila telah tersering dengan intensitas yang tinggi
  4. Pada serangan ringan
  5. Serangan yang dilakukan pada areal sepanjang tanaman pinggiran, pada keadaan ini harus dilakukan penangkapan kumbang sebagai tambahan dari pencegahan dengan bahan kimia
  6. Penangkapan dapat dihentikan apabila intensitas serangan cenderung rendah.
  7. Pada Kerusakan Berat
  • Pada kerusakan yang sangat berat pengendaliannya nya harus dengan bahan kimia
  • Bahan kimia yang digunakan adalah insectisida seperti curater dan furudan 3 G pada kanopi tanaman dengan interval sebulan sekali, dengan komposisi sebegai berikut :
  • 15 gr/pohon untuk = 0-6 bulan setelah tanam.
  • 30 gr/pohon untuk = > 6 bulan setelah tanam
  1. Pemberian insectisida granular harus langsung diberikan pada ketiak-ketiak pelepah yang lebih rendah yang mengelilingi daun tombak, dan ini membentuk lapisan kimia pelindung disekelilingi titik tumbuh.
  2. Jika menggunakan insektisida granular, rotasi penangkapan kumbang menjadi 2 (dua) round perbulan, dan sebagai sarana pengamatan populasi.
  3. Pada musim hujan lebat kefektifan insektisida dapat berkurang, pada masa ini rotasi dapat ditingkatkan menjadi 2 kali sebulan.
  4. Pada populasi serangan mulai menunjukan intensitas penurunan dan rendah dan kerusakan baru dapat diabaikan, maka penggunaan insectisida dapat dihetikan, tetapi pada lokasi yang serangan masih cukup tinggi penggunaan insectisida terus dilakukan sampai umur tanaman 18 bulan.

2. Ulat Kantong dan Ulat Api

Ciri-ciri penyerangan ulat api dan ulat kantong adalah daun akan melidi dan dapat menurunkan jumlah janjangan, dan dibutuhkan waktu yang lama untuk normal kembali, hama harus dimonitor dengan sungguh-sungguh dan segera dikendalikan jika telah sampai masa kritis

  1. Cara penentuan tingkat serangan / penga- matan dini.

Frekwensi dan intensitas sensus berbeda beda berdasarkan keadaan lingkungan setempat.

Tabel IX-1 Pengamatan serangan hama

No

Situasi

Prosedur Pelaksanaan

Interval

Intensitas

a

Tampak gejala serangan

Pengamatan

Sebulan sekali

Setiap pasar pikul ke 2

b

Hama telah menyerang ke seluruh blok atau pada pocket dengan serangan hebat dan membutuhkan pengendalian

Hentikan pengamatan dan sensus segera dimulai

Sebulan sekali (dua minggu sekali jika serangan meningkat dengan cepat)

Satu titik sensus permanen per ha menyebar secara menyeluruh

c

Serangan dapat dikendalikan

Pengamatan

Sebulan sekali

Setiap pasar pikul ke -3

b. Batas Serangan

Tingkat serangan dapat dibagi menjadi tiga (3) tingkatan, ringan, sedang dan tingkat berat, pada serangan tingkat sedang harus dianggap sebagai peringatan, sedangkan pada tingkat berat harus dianggap sebagai tingkat kritis dan harus dilakukan pengendalian

Tabel IX – 2 Level serangan Ulat Api dan Ulat Kantong

Level Serangan

Jumlah serangan ulat api

Jumlah serangan ulat kantong

Setora Nitens

Thosea Asigna

Plonecta diducta

Thonsea Bisura

Darna trima

Mahasena corbeti

Metisa plana

Crematopsyche pendula

TBM

TM

TBM

TM

TBM

TM

TBM

TM

TBM

TM

TBM

TM

Ringan

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

<>

Sedang

3 – 4

7 – 9

7 – 9

15-13

15-24

35-49

3 - 4

7 - 9

25-34

50-69

30-44

65-89

Berat

≥ 5

≥ 10

≥ 10

≥ 20

≥ 25

≥ 50

≥ 5

≥ 10

≥ 35

≥ 70

≥ 45

≥ 90

  1. Jika penyebaran sangat terlokalisir, pengendaliannya dianjurkan untuk menggunakan secara biologi dengan menggunakan virus atau Thuricide
  2. Bahan kimia dapat diaplikasikan dengan menggunakan
  • Spraying dgn knapsack atau mist blower
  • Trunk Injection
  • Fogger

3. Tikus

a. Batasan Serangan

  1. Diareal belum menghasilkan, tikus memakan pelepah terbawah tanaman sehingga menunjukkan karakteristik yaitu, pelepahnya terkulai ditanah kadang kala tikus juga memakan tunas muda sehingga mengakibatkan matinya tanaman.
  2. Kerusakan disebabkan oleh tikus sangat berpengaruh di tanaman yang menghasilkan, baik buah mentah maupun masak dimakan, brondolan dibawah pergi dan dimakan sebagian.
  3. Tikus juga dapat menyebabkan kerusakan yang berarti pada daun dengan mencabik daun untuk sarangnya
  4. Jika tidak dikendalikan tikus dapat meningkat dari tingkat yang dapat ditoleransi yaitu 60 ekor meningkat menjadi 300 per ha dalam waktu 6 bulan. Pada tingkat serangan seperti ini 5 – 15% produksi hilang pada daerah yang diserang. Pada keadaan ini populasi bertambah semakin cepat menjadi 600-1500 per ha dan kehilangan hasil mencapai 30% atau lebih.

b. Pengamatan serangan

  1. Sensus serangan tikus harus dilakukan jika tampak ada serangan berat, areal harus dibagi menjadi blok-blok dengan luas 20 ha, intensitas sensus adalah satu baris untuk tiap 10 baris, dan hanya serangan baru baik pada buah masak maupun mentah
  2. Pelaksanaan pengendalian harus dilakukan jika “serangan baru” lebih besar 15% atau 20 pohon per ha

c. Strategi Pengendalian

(i) Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

  • Jika dijumpai kerusakan di pembibitan pemberian umpan hanya dibatasi sekeliling areal diserang, dengan interval 3 -5 hari dalam barisan polibag dengan umpan antikoagulan.
  • Untuk areal penanaman baru, dengan meletakkan umpan antikoagulan pada setiap titik tanam ke tiga kira kira 1 bulan sebelum penanaman, dan umpan yang dimakan harus diamati dan di catat
  • Jika umpan yang dimakan menunjukan populasi jumlah tikus, maka program pemasangan umpan lanjutan di areal yang menghasilkan harus dimulai
  • Dapat juga dipasang kawat ayam pada leher bibit

(ii) Tanaman Menghasilkan (TM)

  • Jika tingkat serangan melebihi ambang yang ditetapkan pada blok-blok tertentu, harus dilakukan pengendalian
  • Satu umpan diletakkan di setiap piringan di daerah yang bermasalah
  • Gantilah setiap umpan yang hilang setiap 3-4 hari, sampai jumlah yang harus diganti menjadi 20% dan tidak ada lagi serangan baru.
  • Daerah yang harus diberi umpan adalah daerah dan areal terserang ditambah sedikit perluasan
  • Jika jumlah umpan yang hilang tinggi dan jumlah serangan baru juga tinggi maka pengumpanan harus dilanjutkan sampai jumlah umpan yang dimakan lebih kecil dari 20%
  • Pengendalian harus dilakukan secara tuntas, pelaksanaan yang setengah setengah hanya akan membuang waktu dan uang.
  • Disaat pemberian umpan dilarang memegang umpan langsung dengan tangan sebab bau tangan akan membuat tikus enggan memakan umpan (gunakan sarung tangan).

B. PENYAKIT

1. Ganoderman

Gejala dan Serangan

  1. Gejala pertama pada daun adalah munculnya daun tombak yang tidak membuka dalam jumlah banyak
  2. Pelepah pohon yang terinfeksi mulai mati karena nekrosig mulai dari pelepah yang paling tua, pelepah yang mati tergantung pada batang.
  3. Kecepatan matinya pelepah sangat bervariasi, tergantung pada musim, tetapi pohon biasanya akan mati 6-12 bulan setelah tampak gejala pada daun.
  4. Tubuh buah ganoderma dapat tumbuh didasar batang atau kadang kadang pada akar terinfeksi yang dekat dengan batang.
  5. Pada tanaman berumur lebih 15 tahun,yang terinfeksi harus dibiarkan untuk sementara waktu selama masih berproduksi.
  6. Tanaman yang sudah tidak berproduksi harus ditumbang, bagian yang sehat harus dipotong menjadi beberapa bagian beserta pelepahnya dan dirumpuk digawangan, untuk memudahkan isolasi.
Penanggulangan
  • Penanggulanagn serangan genoderma pada tanaman muda di mulai sejak dini dengan mengambil sampel tanah dan dibawa ke laboratorium untuk mengetahui adanya bibit genoderma dalam tanah
  • Pada tanaman setelah replanting perlu di ketahui sejarah serangan apakah ada pernah terjadi serangan genoderma pada areal tersebut
  • Saat ini telah ada obat penanggulangan serangan genoderma sejak dini dengan menggunakan MYCOGOLD yang mengandung mickriza dan di buat secara BIO Fertilizer akan kami kupas dalam advertorial dan untuk selengkapnya silahkan baca pada halaman >>>>> advertorial produk

2. Phellinus (busuk batang atas)

  1. Busuk batang atas biasanya meng-infeksi tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun, infeksi pada tanaman yang lebih muda akibat kontak dengan foci belum diketahui, walaupun secara umum jumlahnya kurang dibanding busuk batang bawah (ganoderma)
  2. Seringkali penyakit ini tidak kelihatan sampai munculnya tubuh buah atau pohon tumbang, biasanya dijumpai luka pada pohon pada ketinggian yang berbeda di atas 1 m dari permukaan tanah
  3. Tidak disarankan untuk melakukan pengobatan karena tanaman akan mati 1 – 3 tahun setelah terinfeksi

3. Crown disease

  1. Pada saat tanaman muda, Patogen tidak banyak menyerang tanaman, tetapi crown desease biasanya muncul 2 – 3 tahun setelah tanam.
  2. Gejala awal crown disease hanya dapat dilihat ketika jaringan pada daun tombak yang kelihatan sehat tersebut dipisah, jaringan yang terinfeksi ini berwarna coklat
  3. Biasanya luka bervariasi daun tombak akan menunjukkan gejala yang sangat khas, yaitu membengkok dari bagian atas dan anak daun, dan terjadi patah patah.
  4. Pengendalian yang terbaik adalah dengan membuang bahan induk yang menunjukkan banyak terjadi serangan penyakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar